tak tahu lah..
inspirasi banyak datang di waktu nampaknya rembulan,
ketika itu Tuhan turunkan mimpi-mimpi pada setiap pikiran yang lelap
setelah itu para makhluk hanya terlena
membiarkan mimpinya berhamburan, melayang-layang di udara
tanpa gerak untuk mewujudkannya, jika mimpi itu indah
atau mengantisipasi jika yang terlihat adalah sebaliknya, agar bisa mengelak darinya
mimpi-mimpi di awang-awang itumenjadikan udara malam sebagai lautan imajinasi
tempatku kini menambang inspirasi
menghirupnya
menghembuskannya sebagai ide
mewujudkannya dalam karya
Senin, 31 Agustus 2009
Sabtu, 08 Agustus 2009
Anak Tikus-Anak Merpati
di atas sana putih merpati melayangkan hujan rembulan
sepertinya indah tapi mematikan
di bawah sini, bersama sang hijau memburuhlah tikus
menjilat kaki para putih itu
anak tikus menjadi santapan putra-putri merpati.
sepertinya indah tapi mematikan
di bawah sini, bersama sang hijau memburuhlah tikus
menjilat kaki para putih itu
anak tikus menjadi santapan putra-putri merpati.
Sesaji Buta
larungan sesaji memborok bobrok kesejatian
menyembahkan diri dalam laut berkabutan
ombak merintang sesaji buta, yang tak tahu untuk apa
Tuhan tak mungkin menginginkannya, setan tak meminta
karena airmata adalah harga,
darah berharga murah,
nyawa tak berharga,
harga diri adalah sesaji.
menyembahkan diri dalam laut berkabutan
ombak merintang sesaji buta, yang tak tahu untuk apa
Tuhan tak mungkin menginginkannya, setan tak meminta
karena airmata adalah harga,
darah berharga murah,
nyawa tak berharga,
harga diri adalah sesaji.
Senin, 29 Juni 2009
swarnabumi
tahukah tanah hitam ini adalah surga?
tahukah laut biru ini adalah muara rahmat-Nya?
dimana ikan-ikan bisa bergurau dengan bebatuan,dalam aliran jernih nan suci
dimana tiap biji yg teronggok akan menjelma jadi belantara
nirwana khatulistiwa,ini surga di dunia
titik-titik hijau mengerumun memijak biru yang tak berbatas,layaknya untaian zamrud maha mulia
istana Tuhan untuk makhluknya.
tahukah laut biru ini adalah muara rahmat-Nya?
dimana ikan-ikan bisa bergurau dengan bebatuan,dalam aliran jernih nan suci
dimana tiap biji yg teronggok akan menjelma jadi belantara
nirwana khatulistiwa,ini surga di dunia
titik-titik hijau mengerumun memijak biru yang tak berbatas,layaknya untaian zamrud maha mulia
istana Tuhan untuk makhluknya.
Sabtu, 27 Juni 2009
bagiku
pada kedudukan cinta sebagai peruntungan, maka kini aku merugi
jika cinta adalah sebuah jalan, maka sekarang aku tersesat
jika cinta adalah penantian, maka aku telah terlambat
ketika cinta menjadi peradilan, maka akulah terhukum
ketika cinta adalah kebenaran, maka aku fantasi
sesaat putih menjadi setia kepada langit. Sebentar ia terlelap di palsunya.
untukku
jika cinta adalah sebuah jalan, maka sekarang aku tersesat
jika cinta adalah penantian, maka aku telah terlambat
ketika cinta menjadi peradilan, maka akulah terhukum
ketika cinta adalah kebenaran, maka aku fantasi
sesaat putih menjadi setia kepada langit. Sebentar ia terlelap di palsunya.
untukku
Senin, 08 Juni 2009
aku sampah
aku sampah
aku makan dari hasilku mengais
kubagikan pada anak istriku,enak,kata mereka
bak sampah adalah kafeku,tempat dimana orang menjenuhkan hidup
melukiskan senyum di bawah jingga
aku tinggal di dalam sampah
atap kertas membuat sengat siang tak mampu menyentuh
bahkan elang enggan. mencium tikus d kolong istanaku
cukup kantong semen yang menahan kami dari mati
menidurkan bayiku di atas perapian hina
tubuhku berbalut sampah,bercetak versace
mobilku dari barang daur ulang, bersimbol mercedez
akulah sampah
lebih sampah dari sampah
aku makan disuap tangan pemungut sampah
aku minum berteguk keringat pemulung
aku bertuhan pada sampah
aku sampahnya sampah
aku makan dari hasilku mengais
kubagikan pada anak istriku,enak,kata mereka
bak sampah adalah kafeku,tempat dimana orang menjenuhkan hidup
melukiskan senyum di bawah jingga
aku tinggal di dalam sampah
atap kertas membuat sengat siang tak mampu menyentuh
bahkan elang enggan. mencium tikus d kolong istanaku
cukup kantong semen yang menahan kami dari mati
menidurkan bayiku di atas perapian hina
tubuhku berbalut sampah,bercetak versace
mobilku dari barang daur ulang, bersimbol mercedez
akulah sampah
lebih sampah dari sampah
aku makan disuap tangan pemungut sampah
aku minum berteguk keringat pemulung
aku bertuhan pada sampah
aku sampahnya sampah
Jumat, 05 Juni 2009
minus
jalanan, mengusik beburungan untuk melayang jauh tinggalkan tepian
ekspresi dari kemajuan manusia
juara kompetisi di segala bidang
yang merajam kami tanpa ampun
tak ada kata cukup
tiada lagi terdengar kabar dari merpati, mungkin sayapnya patah, sekarang bersautan sinyal untuk menggantikan
dari frekuensi ke frekuensi
apakah itu terdengar heroik bagimu?
tidak untukku
ekspresi dari kemajuan manusia
juara kompetisi di segala bidang
yang merajam kami tanpa ampun
tak ada kata cukup
tiada lagi terdengar kabar dari merpati, mungkin sayapnya patah, sekarang bersautan sinyal untuk menggantikan
dari frekuensi ke frekuensi
apakah itu terdengar heroik bagimu?
tidak untukku
Selasa, 02 Juni 2009
alunan pentas
musik, tak haruslah kau berhenti saat lagu berakhir
ketika syair-syair lelah berpuisi, teruslah berjalan, hingga pentas turunkan tirainya
biarkan dirigen mendekap tangannya
teruslah kau berdendang
hiruplah nada-nada itu, lalu hembuskanlah simfoni
alunkan musikmu, tak usah kau hirau jika lampu sorot tak menyapamu
tetaplah di jalanmu, mainkan intro, suarakan chorusmu, ayunkan reffrainmu
ketika semua padam nanti
melayanglah bersama riuh tepuk tangan penonton...
ketika syair-syair lelah berpuisi, teruslah berjalan, hingga pentas turunkan tirainya
biarkan dirigen mendekap tangannya
teruslah kau berdendang
hiruplah nada-nada itu, lalu hembuskanlah simfoni
alunkan musikmu, tak usah kau hirau jika lampu sorot tak menyapamu
tetaplah di jalanmu, mainkan intro, suarakan chorusmu, ayunkan reffrainmu
ketika semua padam nanti
melayanglah bersama riuh tepuk tangan penonton...
Sabtu, 30 Mei 2009
si pengkhayal
kebutaan tak membuat ia lupa jalan
ia yg dituntun oleh fantasi
selalu terbang bersama khayalan
membumbung tinggi bersayap imajinasi
religi sudah basi
ia yang bosan dengan cobaan
yang mencoba menyairkan takdir dengan bahasa mimpi
ia lah aku
ia yg dituntun oleh fantasi
selalu terbang bersama khayalan
membumbung tinggi bersayap imajinasi
religi sudah basi
ia yang bosan dengan cobaan
yang mencoba menyairkan takdir dengan bahasa mimpi
ia lah aku
Jumat, 29 Mei 2009
Wine
Wine membuat bulan tak berjalan, menidurkan mentari sepanjang siang
orang yang diberkati
menikmati reguk demi reguk meresapi tiap teguk
orang yang mengklaim dirinya bisa menarik siang dengan rafia
berpagut serapah dengan para pemilik cangkul
ini bukan nada-nada ketidakadilan
cuma bukti dari ketimpangan
wine menyajikan pesta gembira
di tempat lain segelas teh jadi oase
Wahai Empunya Semesta, ampuni mereka, orang yang Kau berkati.
orang yang diberkati
menikmati reguk demi reguk meresapi tiap teguk
orang yang mengklaim dirinya bisa menarik siang dengan rafia
berpagut serapah dengan para pemilik cangkul
ini bukan nada-nada ketidakadilan
cuma bukti dari ketimpangan
wine menyajikan pesta gembira
di tempat lain segelas teh jadi oase
Wahai Empunya Semesta, ampuni mereka, orang yang Kau berkati.
Asap
kuserahkan hidup demi asap
asap-asap bergeliat di paru yang sekarat
seolah mampu mengangkat derajat
mulai menjambak leher kini
aku mulai bosan dengan simfoni kemiskinan
biar asap mengakhirinya perlahan
ketika asap bergeliat, aku serasa mermaid di tepi jalanan
Tuhan, aku bukan perengek nasib
lihat, duniaku berputar meski beberapa pon asap di dadaku
dada ini tetap lapang, meski cuma Kau isi asap
aku lelah berzikir, kau tetap memberiku mimpi, seperti asap-asap itu
yang hilang di dekap waktu
bagi beberapa yang lain, asap adalah ekspresi, untukku asap bagian dari ekspektasi
potongan dari imajinasi
asap mengantarku, sampai tanah membakar jasadku.
asap-asap bergeliat di paru yang sekarat
seolah mampu mengangkat derajat
mulai menjambak leher kini
aku mulai bosan dengan simfoni kemiskinan
biar asap mengakhirinya perlahan
ketika asap bergeliat, aku serasa mermaid di tepi jalanan
Tuhan, aku bukan perengek nasib
lihat, duniaku berputar meski beberapa pon asap di dadaku
dada ini tetap lapang, meski cuma Kau isi asap
aku lelah berzikir, kau tetap memberiku mimpi, seperti asap-asap itu
yang hilang di dekap waktu
bagi beberapa yang lain, asap adalah ekspresi, untukku asap bagian dari ekspektasi
potongan dari imajinasi
asap mengantarku, sampai tanah membakar jasadku.
Palem
guna apa dia
palem yang sendiri terpaku
dalam sepi yang sejati
kadang angin menghampiri, memberi riuh yang semu
palem tertunduk malu
ia sadar daunnya tak meneduhi, buahnya tak diingini
tubuhnya pun tak sekuat jati
palem terluka
tak ada yang peduli
ia serahkan dirinya menjadi santapan petir,
"itu lebih baik, daripada membiarkan teman-teman rumput di bawah sana terlecut petir", katanya
palem tak boleh mati
sekeluarga merpati mulai menganyam jerami di sela daunnya
menjadikan palem rumah mereka
hidup palem kini berarti
palem tak boleh mati
palem yang sendiri terpaku
dalam sepi yang sejati
kadang angin menghampiri, memberi riuh yang semu
palem tertunduk malu
ia sadar daunnya tak meneduhi, buahnya tak diingini
tubuhnya pun tak sekuat jati
palem terluka
tak ada yang peduli
ia serahkan dirinya menjadi santapan petir,
"itu lebih baik, daripada membiarkan teman-teman rumput di bawah sana terlecut petir", katanya
palem tak boleh mati
sekeluarga merpati mulai menganyam jerami di sela daunnya
menjadikan palem rumah mereka
hidup palem kini berarti
palem tak boleh mati
Kamis, 21 Mei 2009
syukur
apa daya saat ini harapan-harapan serasa hanya melayang
jauh dari rengkuhan walau galah sudah diayunkan
kegagalan sekarang membuatku semakin jauh dari langit
semakin terjerembab terinjak
oleh cerca lidah yang bertuan takabur
di hati hanya bisa bergumam, apa yang sebenarnya Tuhan berikan?
sampai aku terantuk kalimat, apa yang telah kuberikan pada-Nya?
aku terdiam
jauh dari rengkuhan walau galah sudah diayunkan
kegagalan sekarang membuatku semakin jauh dari langit
semakin terjerembab terinjak
oleh cerca lidah yang bertuan takabur
di hati hanya bisa bergumam, apa yang sebenarnya Tuhan berikan?
sampai aku terantuk kalimat, apa yang telah kuberikan pada-Nya?
aku terdiam
Rabu, 20 Mei 2009
kesumat
di sela jemari, masih tersisa darahnya
lengket,amis sebusuk ketika nyawa masih menempel di kulit arinya
noda di sana sampai tak sampai hati untuk menciutkan diri
ketika matanya kembali terbelalak, menyusul kemudian gemuruh gelegak
dari ujung-ujung kuku tetes-tetesnya mengalir deras
dia yang mencabik habis dagingku
dia yang menyeruput perlahan darahku
dia yang mengerat santai rusukku
dia yang mengiris sendiku
kini darahnya mengalir, di tanganku
lengket,amis sebusuk ketika nyawa masih menempel di kulit arinya
noda di sana sampai tak sampai hati untuk menciutkan diri
ketika matanya kembali terbelalak, menyusul kemudian gemuruh gelegak
dari ujung-ujung kuku tetes-tetesnya mengalir deras
dia yang mencabik habis dagingku
dia yang menyeruput perlahan darahku
dia yang mengerat santai rusukku
dia yang mengiris sendiku
kini darahnya mengalir, di tanganku
Selasa, 19 Mei 2009
sin
pijak-pijak kaki di pematang kisah meninggalkan seberkas jejak
tapak-tapak yang berbicara tentang dosa
membaurnya keangkuhan dan khilaf
sebersit maaf samar terdengar dari balik diafragma yang sekarat
sesal tak perlu dinanti, membuat tapak-tapak itu terlihat jelas
tapak-tapak yang berbicara tentang dosa
membaurnya keangkuhan dan khilaf
sebersit maaf samar terdengar dari balik diafragma yang sekarat
sesal tak perlu dinanti, membuat tapak-tapak itu terlihat jelas
kepastian mungkin
liang lahat itu sudah bisa kulihat
aku tak tahu jarak pastinya
yang pasti aku akan terbaring disana
mungkin setelah, kuterbangkan semua di hatiku menggaruk emas di langit kesempurnaan
mungkin setelah tangan-tangan yang pernah memapahku telah mengangkatku ke tahta kesenangan
mungkin setelah kulekatkan namaku di terang lazuardi
mungkin setelah kupuaskan dahagaku akan kepalsuan
mungkin setelah warna-warna pelangi cinta tak lagi membusur di horison pilu
atau mungkin sebelum semua itu
mungkin sekarang.
aku tak tahu jarak pastinya
yang pasti aku akan terbaring disana
mungkin setelah, kuterbangkan semua di hatiku menggaruk emas di langit kesempurnaan
mungkin setelah tangan-tangan yang pernah memapahku telah mengangkatku ke tahta kesenangan
mungkin setelah kulekatkan namaku di terang lazuardi
mungkin setelah kupuaskan dahagaku akan kepalsuan
mungkin setelah warna-warna pelangi cinta tak lagi membusur di horison pilu
atau mungkin sebelum semua itu
mungkin sekarang.
Sesuatu dari yang Lalu
mungkin saat ini tetap pada pendirian,yang lalu biar berlalu
sampai kemudian menoleh,menyapa tiap jajar kenangan yang seakan kokoh terhembus angin
tertulis dengan aksara asmara yang melekat, dengan tinta pekat ketulusan semua itu
sampai sekarang, dimana masa depan adalah tujuan,bukan pertaruhan, aku yakin
sampai tak nampak lagi apa yang dicari, sama sekali pergi
aku masih saja berjalan menoleh
berharap temukan sapu penyesalan dari semua yang tertulis di jajar kenangan itu
entah
sampai kemudian menoleh,menyapa tiap jajar kenangan yang seakan kokoh terhembus angin
tertulis dengan aksara asmara yang melekat, dengan tinta pekat ketulusan semua itu
sampai sekarang, dimana masa depan adalah tujuan,bukan pertaruhan, aku yakin
sampai tak nampak lagi apa yang dicari, sama sekali pergi
aku masih saja berjalan menoleh
berharap temukan sapu penyesalan dari semua yang tertulis di jajar kenangan itu
entah
Minggu, 17 Mei 2009
Misi-Fiksi
Persaingan hanya menyebabkan kekalahan.
Kebijaksanaan menghasilkan kemenangan tanpa mengalahkan.
si pecundang kini hanya terlindung awan hitam penderitaan, dia yang menang mabuk oleh arak keangkuhan.
Nurani terlebur picik, oleh sinis mata yang berulang kali mendetak tanah.
Sang pemenang sudah terbang.
Kebijaksanaan menghasilkan kemenangan tanpa mengalahkan.
si pecundang kini hanya terlindung awan hitam penderitaan, dia yang menang mabuk oleh arak keangkuhan.
Nurani terlebur picik, oleh sinis mata yang berulang kali mendetak tanah.
Sang pemenang sudah terbang.
Sabtu, 09 Mei 2009
Setelah Mati Perang
Hanya suara tembakau terbakar yang membisik dari balik tembok bambu. Malam ini begitu mencekam, suara tangisan pohon yang memilukan, bau-bau anyir beterbangan. Nyawa-nyawa telah mengawang-awang tadi siang. Sekarang asap mulai membumbung deras mendaki udara. Tadi siang begitu menakutkan. Malam ini masih mencekam. Masih terus terdengar denyut-denyut kecil dari timah panas yang tadi pagi mulai bertubrukan. Ini sekedar perang. Tadi baru semua pergi. Selamanya.
curhat 1
tau ga tmen2 q msi inget saat2 pling buruk, sedih, etc lah..dlm hmpir 20 tahun q hidup.
first, wktu kakakq mninggal,..wktu itu 18 April 2002, q msi inget bgt, satu-persatu sblum kjadian mnakutkan itu. Kakak mlempar senyumnya ke aq, itu senyumnya yg terakhir di dunia, dia kasih senyum terakhir itu bwtq. Itu mengubah hampir total smw ttg aq.
kedua..g ad. Ya mgkn cm satu itu...moga g da lagi saat2 kygt.
terakhir mungkin q tulis smw ini krn mlm ini sepi gila.
first, wktu kakakq mninggal,..wktu itu 18 April 2002, q msi inget bgt, satu-persatu sblum kjadian mnakutkan itu. Kakak mlempar senyumnya ke aq, itu senyumnya yg terakhir di dunia, dia kasih senyum terakhir itu bwtq. Itu mengubah hampir total smw ttg aq.
kedua..g ad. Ya mgkn cm satu itu...moga g da lagi saat2 kygt.
terakhir mungkin q tulis smw ini krn mlm ini sepi gila.
Selasa, 28 April 2009
spirit overdosis
menjajah singgah untuk sekedar melamun
tidak secara terbatas untuk menyanggah setiap pendapat
atau lebih parah membantahnya
semua dapat dikatakan dengan tutur teratur bernada
tanpa merah-merah darah kami
apa nyawa sudah menjadi barang murah
hanya untuk sebuah perubahan
hanya itu
tidak secara terbatas untuk menyanggah setiap pendapat
atau lebih parah membantahnya
semua dapat dikatakan dengan tutur teratur bernada
tanpa merah-merah darah kami
apa nyawa sudah menjadi barang murah
hanya untuk sebuah perubahan
hanya itu
Kamis, 23 April 2009
sekaranglah
Olahan kata-kata dari serpihan waktu yang lunglai, menjadikan cerita tentang dunia yang lemah.
Keluhan kalimat-kalimat cinta dari hati, membuat cerminan pria yang mendesah gerah.
huh.
Kebohongan akan terungkap saat sang dajjal mendarat.
Sang Bayu tak lagi mau turunkan daru.
Sudah waktunya lidah-lidah itu dibuat kelu. Hingga tak sampai hati untuk sekedar memaki.
Atau bahkan sampai saatnya di mana mereka harus mati.
Keluhan kalimat-kalimat cinta dari hati, membuat cerminan pria yang mendesah gerah.
huh.
Kebohongan akan terungkap saat sang dajjal mendarat.
Sang Bayu tak lagi mau turunkan daru.
Sudah waktunya lidah-lidah itu dibuat kelu. Hingga tak sampai hati untuk sekedar memaki.
Atau bahkan sampai saatnya di mana mereka harus mati.
pagi buta
waktu itu kepala-kepala sedang berterbangan di atas khayal
lalu datanglah sesuatu, keras menimpa horison
disingkapkanlah gelap untuk cahaya yang mau lewat
malam begitu sinis untuk sekedar menyapa
tak seperti lolongan para anjing bawah selokan
waktu itu sangat sepi
waktu itu takkan kembali
waktu ini waktu
ini waktu ini
lalu datanglah sesuatu, keras menimpa horison
disingkapkanlah gelap untuk cahaya yang mau lewat
malam begitu sinis untuk sekedar menyapa
tak seperti lolongan para anjing bawah selokan
waktu itu sangat sepi
waktu itu takkan kembali
waktu ini waktu
ini waktu ini
Rabu, 22 April 2009
Cengkareng, 22 Maret
Awan serasa lelah menggelayut di langit. Sebentar kemudian susut menyusut mereka jadi keriput, hilang.
Di sana masih berterbangan kereta langit. Sementara di jalanan ini, muka-muka lelah menghiasi. Bagai mengejar sang matahari, orang kantoran, kondektur, tukang ojek, sampai budak berlarian ke barat, memanjat ufuk.
Tak pernah dihirau satu-satu manusia itu, yang jelas, tujuan mereka sama. Arah mereka sama.
Sesampai di pinggir kali, busuk begitu menyengatnya, mereka tetap biarkan kumis-kumis tertusuk, lipstik-lipstik carut marut.
Adakah mata melirik mereka yang tergopoh menjinjing?
Adakah telinga mendengar mereka yang tersengal mengayuh?
Adakah hati teriris menyaksikan mereka yang mengiba sendu?
Mereka berlalu begitu saja.
Di sana masih berterbangan kereta langit. Sementara di jalanan ini, muka-muka lelah menghiasi. Bagai mengejar sang matahari, orang kantoran, kondektur, tukang ojek, sampai budak berlarian ke barat, memanjat ufuk.
Tak pernah dihirau satu-satu manusia itu, yang jelas, tujuan mereka sama. Arah mereka sama.
Sesampai di pinggir kali, busuk begitu menyengatnya, mereka tetap biarkan kumis-kumis tertusuk, lipstik-lipstik carut marut.
Adakah mata melirik mereka yang tergopoh menjinjing?
Adakah telinga mendengar mereka yang tersengal mengayuh?
Adakah hati teriris menyaksikan mereka yang mengiba sendu?
Mereka berlalu begitu saja.
di luar pintu rumah
diluar haru biru perubahan
ketetapan suatu etika adalah pasti
mutlak berkaca pada kebiasaan
tak menghirau apa yang ada pada seberang
tetap adalah tetap
sekeraskepala itukah?
tidak, hanya mempertahankan, seperti yang didamba bunda
hukum langit, katanya
tetap adalah tetap
apa itu?
lihat!
semua berubah.
ketetapan suatu etika adalah pasti
mutlak berkaca pada kebiasaan
tak menghirau apa yang ada pada seberang
tetap adalah tetap
sekeraskepala itukah?
tidak, hanya mempertahankan, seperti yang didamba bunda
hukum langit, katanya
tetap adalah tetap
apa itu?
lihat!
semua berubah.
Minggu, 19 April 2009
Saat-Saat
Aku inginkan hilang pekat di arang. Menghitam sekam merajuk kelam.
Seperti kambuh, kepastian akan sesuatu memburam.
Selaras Slamet tegap menghadap. Seganas Pangandaran menyeringai.
Sesosok pinang berayun lembut mengipas semua.
Patrian takdir berkelokan, akan kutemukan.
Seperti kambuh, kepastian akan sesuatu memburam.
Selaras Slamet tegap menghadap. Seganas Pangandaran menyeringai.
Sesosok pinang berayun lembut mengipas semua.
Patrian takdir berkelokan, akan kutemukan.
kutemukan
Telah aku petik lagi satu inspirasi, kususun rapi dengan ribuan bentang kait imajinasi.
Yang kurekatkan dalam ragu religi.
Kumasukkan beberapa ideologi.
Semua kubungkus dalam tragedi.
Saat eksklusivitas yang parah ini menyerangku.
Inilah malam. Inilah
Yang kurekatkan dalam ragu religi.
Kumasukkan beberapa ideologi.
Semua kubungkus dalam tragedi.
Saat eksklusivitas yang parah ini menyerangku.
Inilah malam. Inilah
Rabu, 01 April 2009
takutakut
Hilangkanlah memoriku saat senja menjala gelap. Tak kumau denting-denting keluar dari tangga. Dari haribaan kuharap semua sepi. Dari ujung ini kuingin kecemasan akut ini pergi. Dari luar tatap-tatap daun seakan bosan. Semua risauku tersemat dalam kalimat, kuabaikan do'a sesaat termaktub dalam hikayat menyayat.
Rindingku mengesatkan darah.
Rindingku mengesatkan darah.
Selasa, 31 Maret 2009
Jumat, 27 Maret 2009
ilalang beton
Ribuan binatang besi lewat. Tanda bahwa keserakahan akan berdiri di sekitarnya. Benar saja, tak perlu saya beruban menantinya. Ilalang menjulang, berlomba menggapai langit. Di bawah sana manusia ber-tayamum karbon knalpot. Mata mereka berlafaz "rupiah". Terserak berteriak mengiba. Demi sengkarut kepalsuan yang jelas-jelas menipu.
Inilah peradaban. Tanda bahwa logika berada di pucuk-pucuk kemajuan. Menjuntai seiring ilalang. Bergoyang seirama zaman.
dilacurkanlah harga diri
tak lagi ada pertanyaan tentang Tuhan
Inilah peradaban. Tanda bahwa logika berada di pucuk-pucuk kemajuan. Menjuntai seiring ilalang. Bergoyang seirama zaman.
dilacurkanlah harga diri
tak lagi ada pertanyaan tentang Tuhan
trilogi oknum
Pertama kita saksikan mereka menceracau entah apalah itu. Larilah dari kenyataan bahwa merekalah di balik itu semua. Kebenaran memanglah berinduk fakta, hanya saja sejarah tergenggam oleh sang penguasa. Sebutlah ia Soekarno, tercabut linggis supersemar. Kebenaran berubah pertanyaan berjilid.
Kedua kudengar lagi rusuh Jakarta. Rupiah bikin gara-gara. Busuk itu menyengat kembali, nyawa-nyawa menguap, dibantai juga para Cina. Berdirilah mereka mahasiswa. Di Senayan mereka berkuasa. Bikin bingung penidur di dewan. Kebenaran terus mencari jatidiri.
Terakhir kudengar mereka ribut lagi. Kali ini samar-samar kudengar mereka bikin onar. Buang kentut sembunyi pantat, ha, mereka beraksi. Lembar-lembar duit menutup mata batin. Buai-buai celoteh dahulu mereka lupa. Beberapa mereka masih menimbang dosa. Toh, sang penguasa berkata, mereka hanya oknum.
Kedua kudengar lagi rusuh Jakarta. Rupiah bikin gara-gara. Busuk itu menyengat kembali, nyawa-nyawa menguap, dibantai juga para Cina. Berdirilah mereka mahasiswa. Di Senayan mereka berkuasa. Bikin bingung penidur di dewan. Kebenaran terus mencari jatidiri.
Terakhir kudengar mereka ribut lagi. Kali ini samar-samar kudengar mereka bikin onar. Buang kentut sembunyi pantat, ha, mereka beraksi. Lembar-lembar duit menutup mata batin. Buai-buai celoteh dahulu mereka lupa. Beberapa mereka masih menimbang dosa. Toh, sang penguasa berkata, mereka hanya oknum.
Kamis, 26 Maret 2009
anak seksolah
Ini kami, kami perkenalkan kami. Kami tidak memfotokopi, lebih pantas mengidolai yang di tivi. Kami tak peduli akan malu, yang kami cari hanya mau. Mau mau nafsu. Kami sedang mencari, dan tidak ingin diberi hati. Kami bisa melakukan sendiri.
Berbekal sekuku ilmu, sebutir logika, dan sedikit olesan agama yang hampir pudar kami keluar dari rumah. Kami hampiri semua lekuk jalan. Kami sapa tiap teman fana. Setelah matahari tersengal muncul bulan dengan bugar. Kami masih sama, hanya mengidolai. Cuma mengikuti. Ada riuh rendah disana, kami cepat menyusul, saat ramai pindah disini kami kembali.
Kini olesan agama hilang sama sekali. Mau mengalahkan malu. Logika terpatahkan cinta. Ilmu terdiam kelu. Telah kami bentang tubuh di atas bejat pria. Terserah padanya.
Lalu kami menangis, meratap seonggok seragam di pojok kamar.
Berbekal sekuku ilmu, sebutir logika, dan sedikit olesan agama yang hampir pudar kami keluar dari rumah. Kami hampiri semua lekuk jalan. Kami sapa tiap teman fana. Setelah matahari tersengal muncul bulan dengan bugar. Kami masih sama, hanya mengidolai. Cuma mengikuti. Ada riuh rendah disana, kami cepat menyusul, saat ramai pindah disini kami kembali.
Kini olesan agama hilang sama sekali. Mau mengalahkan malu. Logika terpatahkan cinta. Ilmu terdiam kelu. Telah kami bentang tubuh di atas bejat pria. Terserah padanya.
Lalu kami menangis, meratap seonggok seragam di pojok kamar.
heroikisitas tol
Saatnya sang kaya raya berjalan. Melenggang. Tak mau dia lihat ingus rakyat. Terlupakan olehnya rintih para jelata. Mana aku mau berdampingan mereka, bau!, katanya sombong. Wow, lihatlah betapa gagahnya kota ini. Terbahaklah ia bersama sesama bangsat...
lalu singkat kata
berderulah eskavator
usir mereka si empunya harga diri
acuhkan isak-isak ibunya
bakar mereka
gebuk para pembela
ratakan gubuknya
keraskan dengan jutaan kantung semen
tuangkan aspal panas di atas mereka
Sekali lagi keangkuhan membuktikan keberadaannya
Tol telah melilit kota
sang kaya raya melenggang tenang
Lupakan rakyat di bawah sana!
lalu singkat kata
berderulah eskavator
usir mereka si empunya harga diri
acuhkan isak-isak ibunya
bakar mereka
gebuk para pembela
ratakan gubuknya
keraskan dengan jutaan kantung semen
tuangkan aspal panas di atas mereka
Sekali lagi keangkuhan membuktikan keberadaannya
Tol telah melilit kota
sang kaya raya melenggang tenang
Lupakan rakyat di bawah sana!
di ufuk tanahku
anak pinak moyang tumbuh
cepatpun jeda ayam berkokok
sampai dalam senyapnya
sadarlah, bahwa tanahku telah berubah
apa itu sekarang dendang
mungkin anak pinak moyang tak kenal
lalu terus diikuti evolusi lidah,mungkin
mereka lebih mengenal pizza
rasa tergusur kembali menyergap
tak sendiri kuratap tanahku
ada ribuan terusir ke pinggir
terus terenung setiap petak
telah kucoba untuk menjawab
semua kutatap, di ufuk tanahku
cepatpun jeda ayam berkokok
sampai dalam senyapnya
sadarlah, bahwa tanahku telah berubah
apa itu sekarang dendang
mungkin anak pinak moyang tak kenal
lalu terus diikuti evolusi lidah,mungkin
mereka lebih mengenal pizza
rasa tergusur kembali menyergap
tak sendiri kuratap tanahku
ada ribuan terusir ke pinggir
terus terenung setiap petak
telah kucoba untuk menjawab
semua kutatap, di ufuk tanahku
Rabu, 25 Maret 2009
ratap senja
tak pastilah dia itu
apa mengigil atau tersengal
masih beberapa wejangan ia tuntunkan pada mereka
orang yang tercinta
dia sang perkasa saat muda
lalu bertanyalah kepada istrinya : Apa aku telah menjadi suami yang baik?Apa saja yang telah kuberikan padamu?
hening..
tersedu istri menjawab : lihat, kau memberiku tiga orang anak yang kucintai,rumah sebesar ini jugalah tanda cintamu...
berlanjut bertanyalah kepada anaknya : Apa aku seorang ayah yang baik?Apa saja yang telah kuberikan pada kalian?
diam..
terbata sang sulung menjawab : ya ayah, lihatlah aku sukses, kau memberiku pendidikan tertinggi..
lalu bertanyalah ia pada diri sendiri : hai aku, Apakah aku seorang yang baik?apa saja yang telah kuberikan padamu?
dalam heningnya sang tua menjawab terbata : ya Aku orang yang baik tapi Aku tidak memberi Aku bekal apapun untuk matiku...
Langganan:
Postingan (Atom)